Selasa, 27 Maret 2012

On 20.45 by keysara   No comments
 

TAHAP-TAHAP GANGGUAN KEJIWAAN

Timbulnya Gangguan Jiwa

Dokter Heriani, Sp.K.J., seorang dokter ahli jiwa dari RSCM Jakarta, menjelaskan bahwa ada tiga faktor gangguan kejiwaan, yakni biologis, psychoeducational dan sosial budaya. "Ketiga hal ini secara umum menjadi basic timbulnya gangguan jiwa pada seseorang. Gangguan jiwa akan langsung muncul apabila terpicu oleh beberapa sebab, stressor, misalnya tertimpa musibah, mengidap penyakit maupun faktor sosial lain," jelas dr. Heriani kepada Era Baru.


Masing-masing orang memiliki perbedaan dalam penyebabnya. Ketiga faktor tersebut mempunyai keterkaitan satu sama lain. Orang yang mempunyai faktor keturunan (genetik) atau biologis, sejak lahir jiwanya sudah rentan sehingga mudah goncang jika menghadapi masalah, orang sering menyebutnya gila turunan. Masalah dalam konteks ini bisa berarti masalah ringan maupun masalah yang berat. Tentu saja apabila menghadapi malapetaka yang berat, mental yang bagaimanapun kuatnya pasti akan mengalami goncangan, misalnya saja tragedi ledakan bom di Hotel Marriot. Sangatlah wajar setiap orang akan tergoncang mentalnya dan tentu saja meninggalkan trauma panjang yang mempengaruhi keadaan jiwanya.


Gangguan jiwa dapat pula timbul terpicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah. "Seorang anak yang sering dikasari, disiksa, dan perlakuan buruk lainnya akan terpengaruh jiwanya. Sikap keadaan yang diterimanya akan menimbulkan ketakutan yang berkepanjangan," kata dr. Heriani.


Indikasinya adalah tingkah lakunya di luar kebiasaan orang normal, setiap tindakannya membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Ia terhalusinasi oleh suara-suara yang mempengaruhinya. Hal ini yang mengakibatkan penderita ini menjadi agresif, suka mengamuk dan membanting-banting barang. Gangguan jiwa semacam ini termasuk ke dalam tingkat gangguan jiwa berat.


Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.




Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah:
A. 
Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya
B. 
Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
C. 
Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
D. 
Krisis ekonomi yang berkepanja gan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
E. 
Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
F. 
Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.



Marak Pemasungan Penderita Gangguan Jiwa

KOMPAS.com/Junaedi Salah satu penderita gangguan jiwa di Kecamatan Binuang, Polewali Mandar ini dipasung keluarganya karena dinilai mengganggu dan khawatir tersesat.
POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Upaya Pemerintah menyembuhkan ratusan penderita gangguan kejiwaan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat mulai membuahkan hasil. Dari 93 penderita kejiwaan yang dikirim ke Rumah Sakit Dadi Makassar, 74 pasien di antaranya kini bisa kembali hidup normal. Selebihnya masih menjalani pengobatan ataupun terapi. Bahkan, ada dua pasien yang tergolong parah, meninggal dunia sebelum akhirnya bisa sembuh.

Namun demikian, keberhasilan ini tak sertamerta menyelesaikan problem sosial di Polewali Mandar. Banyak warga di wilayah ini memilih memasung anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan. Alasannya sederhana, jika tidak dipasung mereka akan mengganggu warga, atau sering berpergian jauh hingga tak kembali atau tersesat. Persoalan lain, sebagian warga menganggap penyakit jiwa merupakan 'guna-guna' ataupun kutukan dewa.

Kepala bidang Pelayanan Kesehatan Polewali Mandar, Andi Suaib, Senin (27/2/2012) kemarin menyatakan, pihaknya terus berusaha memberikan pemahaman kepada warga agar para penderita gangguan jiwa itu bisa kembali hidup normal. Pendekatan dilakukan kepada pihak keluarga yang menangani si penderita.

Menurut Saib, mayoritas pasien menderita guncangan kejiwaan di daerahnya adalah akibat putus cinta, perceraian, anak meninggal, konflik rumah tangga dan pemutusan hubungan kerja. Penyembuhannya  tersandung resistensi keluarga, yang umumnya belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk membantu penyembuhan keluarga mereka. 
 
http://regional.kompas.com/read/2012/02/28/11245465/Marak.Pemasungan.Penderita.Gangguan.Jiwa. 
 
Untuk mencegah terjadinya gangguan kejiwaan seperti ini, semestinya keluarga adalah faktor penolong utama yang paling mujarab, karena keluarga adalah seseorang yang paling dekat dengan kita, kepribadian tingkah laku sosial semua dibentuk melalui keluarga.
Jika ada seorang keluarga kita yang sedang mengahdapi masalah dan ternayata dy tidak bisa mengatasinya dan mulai timbul gejala gejala seperti depresi maka kita sebagai seorang anggota keluarga harus peka dan mengajak dy share akan masalahnya, membantunya mencari solusi akan masalahnya membantu dy melupakan masalahnya dengan cara membantu mencari aktifitas yang lebih bermafaat untuk dy, dengan seperti itu maka si penderita tidak akan merasa sendiri masih merasa bahwa masih ada yang perduli dengan dy,
dengan mencari aktifitas maka si penderita perlahan lahan mempunyai rutinitas baru dan tidak terlalu memikirkan masalah itu, namun jika memang dengan pendekatan dari keluarga tidak bisa, mungkin harus dibwa berkonsultasi dan terapi di pikolog.
 
 
 

 Keysara Nurani
58411283
1IA07

0 komentar:

Posting Komentar