Senin, 23 April 2012
On 12.25 by keysara No comments
Manusia Sebagai Khalifatullah
Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di
bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk
beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk
mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di
atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh
Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah
untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Apa yang harus dilakukan oleh khalifatullah itu
di bumi? Dan bagaimanakah manusia melaksanakan ibadah-ibadah tersebut?
Serta bagaimanakah manusia bisa mencapai kesenangan dunia dan ketenangan
akhirat tersebut? Banyak sekali ayat yang menjelaskan mengenai tiga
pandangan ini kepada manusia. Antara lain seperti disebutkan pada Surah
Al-Baqarah ayat 30:
Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui“. (Q.S. Al-Baqarah: 30)
Khalifah adalah seseorang yang diberi tugas sebagai pelaksana dari tugas-tugas yang telah ditentukan. Jika manusia sebagai khalifatullah di
bumi, maka ia memiliki tugas-tugas tertentu sesuai dengan tugas-tugas
yang telah digariskan oleh Allah selama manusia itu berada di bumi
sebagai khalifatullah. Jika kita menyadari diri kita sebagai khalifah Allah,
sebenarnya tidak ada satu manusia pun di atas dunia ini yang tidak
mempunyai “kedudukan” ataupun “jabatan”. Jabatan-jabatan lain yang
bersifat keduniaan sebenarnya merupakan penjabaran dari jabatan pokok
sebagai khalifatullah. Jika seseorang menyadari bahwa jabatan keduniawiannya itu merupakan penjabaran dari jabatannya sebagai khalifatullah,
maka tidak ada satu manusia pun yang akan menyelewengkan jabatannya.
Sehingga tidak ada satu manusia pun yang akan melakukan
penyimpangan-penyimpangan selama dia menjabat.
Jabatan manusia sebagai khalifah
adalah amanat Allah. Jabatan-jabatan duniawi, misalkan yang diberikan
oleh atasan kita, ataupun yang diberikan oleh sesama manusia, adalah
merupakan amanah Allah, karena merupakan penjabaran dari khalifatullah. Sebagai khalifatullah, manusia harus bertindak sebagaimana Allah bertindak kepada semua makhluknya. Pada hakikatnya, kita menjadi khalifatullah
secara resmi adalah dimulai pada usia akil baligh sampai kita dipanggil
kembali oleh Allah. Manusia diciptakan oleh Allah di atas dunia ini
adalah untuk beribadah. Lantas, apakah manusia ketika berada di dalam
rahim ibunya tidak menjalankan tugasnya sebagai seorang hamba? Apakah
janin yang berada di dalam rahim itu tidak beribadah?
Pada
dasarnya, semua makhluk Allah di atas bumi ini beribadah menurut
kondisinya. Paling tidak, ibadah mereka itu adalah bertasbih kepada
Allah. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah: Yushabbihu lillahi ma fissamawati wama fil ardh. bebatuan,
pepohonan, gunung, dan sungai misalkan, semuanya beribadah kepada Allah
dengan cara bertasbih. Dalam hal ini, janin yang berada di dalam rahim
ibu beribadah sesuai dengan kondisinya, yaitu dengan cara bertasbih.
Ketika Allah akan meniupkan roh ke dalam janin, maka Allah bertanya dulu
kepada janin tersebut. Allah mengatakan “Aku akan meniupkan roh ke
dalam dirimu. Tetapi jawab dahulu pertanyaan-Ku, baru Aku akan tiupkan
roh itu ke dalam dirimu. Apakah engkau mengakui Aku sebagai Tuhanmu?”
Lalu dijawab oleh janin tersebut, “Iya, aku mengakui Engkau sebagai
Tuhanku.”
Dari
sejak awal, ternyata manusia itu sebelum ada rohnya, atau pada saat
rohnya akan ditiupkan, maka Allah menanyakan dahulu apakah si janin mau
mengakui-Nya sebagai Tuhan. Jadi, janin tersebut beribadah menurut
kondisinya, yaitu dengan bertasbih kepada Allah. Tidak ada makhluk Allah
satupun yang tidak bertasbih kepada-Nya. Manusia
mulai melakukan penyimpangan dan pembangkangan terhadap Allah yaitu
pada saat ia berusia akil baligh hingga akhir hayatnya. Tetapi, jika
kita ingat fungsi kita sebagai khalifatullah, maka takkan ada manusia yang melakukan penyimpangan.
Makna sederhana dari khalifatullah adalah
“pengganti Allah di bumi”. Setiap detik dari kehidupan kita ini harus
diarahkan untuk beribadah kepada Allah, seperti ditegaskan oleh Allah di
dalam firman-Nya: Wa ma khalaqtul jinna wal insa illa li ya’budu. “Tidak Aku ciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepada-Ku.” Kalau
begitu, sepanjang hayat kita sebenarnya adalah untuk beribadah kepada
Allah. Dalam pandangan Islam, ibadah itu ada dua macam, yaitu: ibadah
primer (ibadah mahdhah) dan ibadah sekunder (ibadah ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang langsung, sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah tidak langsung. Seseorang yang meninggalkan ibadah mahdhah,
maka akan diberikan siksaan oleh Allah. Sedangkan bagi yang
melaksanakannya, maka akan langsung diberikan ganjaran oleh Allah. Ibadah mahdhah antara lain: shalat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah semua aktifitas kita yang bukan merupakan ibadah mahdhah tersebut, antara lain: bekerja, masak, makan, dan menuntut ilmu.
Ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang paling banyak dilakukan dalam keseharian kita. Dalam kondisi tertentu, ibadah ghairu mahdhah harus didahulukan daripada ibadah mahdhah.
Nabi mengatakan, jika kita akan shalat, sedangkan di depan kita sudah
tersedia makanan, maka dahulukanlah untuk makan, kemudian barulah
melakukan shalat. Hal ini dapat kita pahami, bahwa jika makanan sudah
tersedia, lalu kita mendahulukan shalat, maka dikhawatirkan shalat yang
kita lakukan tersebut menjadi tidak khusyu’, karena ketika shalat
tersebut kita selalu mengingat makanan yang sudah tersedia tersebut,
apalagi perut kita memang sedang lapar.
Tujuan Ibadah
Tujuan ibadah ada dua (baik itu ibadah mahdhah, maupun ibadah ghairu mahdhah). Pertama, untuk mencapai kesenangan hidup di dunia. Kedua,
untuk mencapai ketenangan hidup di akhirat. Atau secara sederhananya
yaitu untuk mencapai kesenangan dan ketenangan dunia dan akhirat.
Berbagai macam kesenangan dunia kita lakukan tak lain adalah untuk
meraih kesenangan dan ketenangan akhirat. Misalkan bekerja. Dengan
bekerja, maka seseorang akan mendapatkan uang. Dengan uangnya tersebut,
maka ia akan mendapatkan kesenangan dunia, dan juga akan semakin
memudahkannya untuk melakukan ibadah mahdhah, misalkan berzakat ataupun menunaikan ibadah haji.
Semua kenikmatan itu diberikan oleh Allah karena kita diberikan kedudukan sebagai khalifatullah. Khalifatullah yang sangat efektif adalah khalifatullah
yang menyadari dirinya, bahwa semua kenikmatan yang ada sekarang ini
adalah kenikmatan yang diberikan oleh Allah, dan kita mensyukurinya
hanya dengan jalan beribadah kepada-Nya.
Ibadah itu pada hakikatnya dalam rangka tiga hal:
Pertama, membina diri dengan baik.
Jika
orang beribadah, tapi dirinya tidak terbina, sebenarnya ia belum
mencapai tujuan itu. Misalkan, dia sering datang ke pengajian, tapi
sifatnya tetap saja tidak pernah berubah. Ini berarti, bahwa dia
menyimpang dari tujuan ibadah.
Mendidik
dirinya itu adalah dalam rangka membina hubungan dengan sesama, dengan
lingkungan, dan dengan Penciptanya. Jadi, kalau kita mendengarkan
pengajian, dan pengajian itu adalah ibadah, maka seharusnya pembinaan
diri tersebut menjadi meningkat. Misalkan, kita mengetahui bahwa minuman
yang memabukkan itu diharamkan oleh agama, yang hal tersebut kita
ketahui setelah mendengarkan ceramah agama. Namun setelah itu, ternyata
kita tetap mengkonsumsi minuman yang memabukkan tersebut. Jika seperti
ini, berarti kita belum sempurna membina diri kita dalam rangka mencapai
ibadah.
Kedua, mensucikan diri dari perbuatan-perbuatan kotor. Sifat kotor akan mendorong kita melakukan perbuatan-perbuatan kotor. Makanya, perbuatan kotor itu kita minimalkan, bahkan kita hilangkan dari diri kita sendiri.
Ketiga, membersihkan diri dari perbuatan-perbuatan dosa. Jika kita pernah melakukan perbuatan dosa, maka kemudian kita bertobat kepada Allah dan beristighfar. Itulah tujuan dari ibadah yang kita lakukan.
Pertama, ada yang harus dijaga.
Kedua, ada yang harus dihindari Yang harus dijaga tersebut ada empat hal:
Pertama, menjaga hubungan baik dengan diri sendiri.
Kedua, menjaga hubungan dengan sesama manusia.
Ketiga, menjaga hubungan dengan lingkungan.
Keempat, menjaga hubungan dengan Allah
Kesimpulan
Jika
kita sudah menyadari bahwa diri kita sebagai “Khalifah Allah”, kemudian
penciptaan kita itu adalah dalam rangka beribadah kepada Allah, semua
ibadah yang kita lakukan dalam rangka menjaga empat hubungan tadi dan
menghindari empat hubungan tadi, maka manusia tersebut menjadi manusia
yang muttaqin sejati.
Jadi,
kalau kita ingin mendapatkan predikat orang yang bertaqwa sejati, maka
sebenarnya ajaran-ajaran tersebutlah yang harus kita laksanakan. Orang
yang bertakwa secara sejati, maka akan ada keseimbangan di dalam
hidupnya. Dia selalu menjaga hubungannya dengan dirinya, dengan
sesamanya, dengan alam, dan dengan Tuhannya.
Kalau manusia sudah seperti itu, pasti dia akan hasanatan fiddunya wa hasanatan fil akhirah. Di dalam tasawuf, manusia seperti inilah yang dinamakan insanul kamil,
yaitu manusia yang sudah mencapai derajat para Nabi, terutama mencapai
derajat Rasulullah Muhammad SAW. Derajat para Nabi yang dimaksud adalah
derajat dalam hal amal ibadah, bukan sebagai Nabinya.
http://thenafi.wordpress.com/2008/06/13/pandangan-hidup-manusia-menurut-islam/
Keysara Nurani
58411283
1IA07
Langganan:
Postingan (Atom)
Search
Popular Posts
-
PC didesain berdasar generasi-generasi CPU yang berbeda. Intel bukan satu-satunya perusahaan yang membuat CPU, meskipun yang menjadi pelo...
-
Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang...
-
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk,...
-
Kom putasi adalah sebuah istilah umum untuk segala jenis pemrosesan informasi untuk menemukan pemecahan masalah dari data input dengan meng...
-
HUBUNGAN NEGARA DENGAN HUKUM Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk peny...
-
C loud computing adalah gabungan pemanfaatan teknologi komputer ('komputasi') dan pengembangan berbasis Internet ('awan')....
-
Paris ?? paris adalah sebuah kota impian gue, kota yang sampai saat ini masih gue impi-impikan yang masih menjadi salah satu goal dalam hid...
-
Assalammualaikum wr,wb hallo gue mau share sedikit pengalaman gue at first time ngeblog, openingnya ga kaya pengajian kan ?? HAHA H...
-
Knitting atau merajut metode yang digunakan untuk membuat kain dengan menyambungkan benang sehingga menjadi sebuah rajutan yang ind...
-
Speed Game Untuk melengkapi tugas akhir semester mata kuliah softskill, dengan membuat atau mengedit game menggunakan bahasa processing...
Recent Posts
Sample Text
Diberdayakan oleh Blogger.
Mengenai Saya
- keysara
- young gifted and happy children.. none brother or sister.. good girl became a good woman sooner and Allah always give his blessed for me. little bit dumb but not idiot, heart break, broken